Sabtu, 02 September 2017

Telat postingnya......





Tentang FSB
Tentang mimpi pegiat literasi daerah yang ingin memajukan literasi daerahnya


Kabar tentang  festival  sastra ini belum lama saya ketahui, pada saat tim Road Show ke Kampus-kampus  dan Sekolah Menengah Umum baru saya  mengetahui tentang hal ini.
Kampus kami di kunjungi sekitar pertengahan Desember 2016, saat itu ada sesi perngenalan , ada sesi games yang berhadiahkan sebuah buku dan terakhir penyebaran formulir untuk yang mau menjadi relawan.
Pada sesi pengrekrutan ada sekitar 20 orang yang menyatakan diri tertarik untuk menjadi relawan. Dan oleh panitia di beritahukan bahwasanya para relawan yang sudah mengisi formulir akan dihubungi kelak untuk sesi wawancara.
Sebulan berlalu,  disaat saya sudah hampir melupakan bahwa saya pernah mengisi sebuah formulir untuk wawancara jadi relawan, dan hari itu saya mendapat pesan singkat untuk mengikuti wawancara calon relawan untuk ajang  Festival Sastra Banggai (FSB). Duh senangnya awal tahun 2017 yang menggairahkanpun tiba. Kami diundang untuk berkumpul di sebuah cafĂ© di daerah Keraton Luwuk, peserta wawancara cukup banyak dan berasal dari perbagai Institusi dan Sekolah di kota Luwuk. Satu persatu kami di undang untuk wawancara, dan oleh pewawancara  memberitahu kami bahwa yang lolos jadi relawan akan dihubungi secepatnya.
Diakhir Januari 2017 kami mendapat memberitaan melalui pesan singkat dan melalui fanpage panitia bahwa kami lolos dalam wawancara relawan untuk FSB 2017. Saat itu relawan yang berhasil lolos dan masuk dalam kriteria oleh panitia berjumlah 39 orang.
Pertemuan pertamapun pada tgl. 3 Pebruari digelar di sebuah taman terbuka di jantung kota Luwuk, yah Taman Aktivitas tempat pertama tim relawan terpilih bertemu dengan Tim Utama FSB. Perkenalan berlangsung dengan sangat akrab, masing-masing memperkenalkan diri.  Setelah berbincang ria kurang lebih 2 jam kamipun bubar dan disepakati akan bertemu lagi 2 minggu mendatang, yakni pada tanggal 17 Pebruari 2017.
Pada pertemuan ke 2 ini kami sudah dibagi pada masing-masing seksi yang diminati, tapi kelihatannya seiring dengan waktu dan perkembangan di lapangan seksi-seksi kurang efektif maka dileburlah menjadi tugas bersama.
Pada akhir Pebruari pihak panitia mendapat pinjaman gedung untuk dijadikan sekretariat festival. Gedung Transito kemudian menjadi tempat kami berkumpul, yang mana pada awalnya dijadwalkan bagi para relawan untuk datang seminggu sekali pada hari Kamis, tapi kemudian seiring dengan meningkatnya aktifitas dan semakin dekatnya ajang festival maka kamipun berkumpul setiap saat disaat jadwal kuliah dan sekolah serta jam kerja kosong.
Tapi seiring itupula jumlah relawan makin berkurang, bukan keengganan mereka untuk bekerjasama akan tetapi jadwal kuliah dan sekolah makin ketat dan disaat yang sama persiapan untuk mid-semester dan ujian sekolah sedang berlangsung, sedang hal yang terjadi juga pada pekerja, mereka sedang dikejar waktu untuk menyelesaikan laporan triwulan 1, maka semua serba kepepet waktu, tapi syukur alhamdulillah karena kecintaan kami akan literasi dan niat untuk menjadikan ajang ini sebagai sebuah tonggak kebangkitan sastra daerah kami Banggai maka segala daya upaya kami usahakan untuk tetap hadir untuk saling menguatkan. Tim relawan benar-benar solid. Tapi panitiapun tak kalah dengan tim relawan, kolaborasi kami sungguh kuat. Dan saat kesibukan panitia yang semakin tinggi saya ditunjuk sebagai Koordinator Relawan.
Awal April, semua mulai sudah mendebarkan. Pernak-pernik sudah mulai rampung, tim perlengkapan sudah kerja full, pengerjaan lampion sudah mencapai target, tim lapangan sudah sibuk dengan segala persiapannya, semua fokus pada tupoksinya, sungguh hebat mereka, sungguh solid kami.  Dan salut buat Tim Properti yang bekerja dengan penuh tanggung jawab
Disaat tim relawan yang sudah makin mengkerut ada tim yang membuatku sungguh jadi makin bersemangat yakni Tim Amik Nurmal dan Tim SMK1, sedangkan tim UML banyak yang meninggalkan saya sendiri disini.
Seminggu menjelang festival berlangsung, sekretariat pindah di lokasi perhelatan Festival Sastra Banggai yakni di areal RTH Teluk Lalong Luwuk, dan beruntung pihak panitia mendapat ijin untuk menggunakan ruang jaga Taman dan segala fasilitasnya. Dan disinilah pekerjaan rumitnya dimulai, para relawan yang masih setia makin solid saja, siang dan malam mereka datang untuk menyelesaikan pernak-pernik yang ada pada tahap finishing. Lampion udah tahap pengetesan, ada 120 buah lampion, ada sebuah bola dunia yang bertuliskan Festival Sastra Banggai, sebuah buku raksasa yang bertuliskan FSB 2017, Rayakan Kata, Bumikan Ilmu, sebuah Tugu Huruf yang bertuliskan F S B, dan sebuah rakit yang dipersiapkan untuk pembacaan puisi. Dan dari semua persiapan itu yang tak kalah pentingnya adalah tatanan panggung, dimana panggung di buat begitu indahnya, ada panggung utama dan ada panggung tambahan dikiri kanan panggung utama. Tatanan panggung yang apik dibuat tanpa ada tenda, benar-benar menyatu dengan alam semesta, para penyair beraksi dibawah birunya langit malam disaat bulan sudah mulai menyabit.
Angankupun berkelana tentang megahnya perayaan kata – kata, berharap semoga disaat hari bahagia ini tiba kami tidak dihadang oleh hal – hal yang tak diinginkan.
H-3, panggung sudah mulai dalam tahap akhir pengerjaan, tenda – tenda para tamu undangan dan tenda penampil sudah mulai dirapihkan, perlengkapan pendukung seperti sound system, jaringan wifi dan jaringan listrik semua sudah terpasang dengan sukses.
H-2, Bola dunia sudah berdiri tegak ditengah – tengah areal taman, menyusul rakit yang sudah bisa di uji-coba pada telaga, dan tahap terakhir pemancangan tugu FSB yang gagah tegak berdiri sejajar dengan bola dunia.
H-1, lampion direntangkang sepanjang plaza utama kearah plaza tengah arah jalan menuju rakit. Kerja keras bisa kami nikmati malam ini, terimakasih kakak semua, terimakasih kalian semua telah mendedikasikan waktu dan tenaga kalian untuk ajang ini. Dan yang paling membahagiakan bahwa banyak masyarakat umum yang datang untuk sekedar berselfie ria pada semua areal properti, padahal ajang belum dimulai, padahal ada fotobooth yang disiapkan, akan tetapi karena ada satu dan lain hal fotobooth tidak diberdayakan sebagaimana rencana awal, karena masyarakat umum jauh lebih tertarik pada  lampion dan tugu FSB.
Dan satu perlu saya syukuri jelang hari H makin mendekat, banyak relawan yang merapat, ada dari Pengajar Muda, dari berbagai komunitas literasi dan rumah baca yang ada dikota Luwuk dan dari luar kota yang awalnya ada beberapa yang telah mendaftarkan diri jadi relawan akan tetapi  hanya ada 2 yang tiba dengan selama di kota Luwuk. Mereka berdua berasal dari Kota Palu. Dan bersyukur juga bahwasanya pemenang penulisan pada blog yang berasal dari kota Bandung juga bisa hadir dikota kami.
Kami mulai merasakan kebahagian itu…… padahal masih sehari lagi tapi narasumber sudah ada yang datang hari 19 April 2017, penjemputan sudah dijam 10 pagi dan syukur alhamdulillah saya ditunjuk menjadi salah satu dari 6 LO yang dipersiapkan untuk mendampingi para narasumber.  Saya menjadi LO untuk 3 narasumber yakni Shinta Febriani, Lian Gogali dan Jamil Massa.
Malam ini saya tidur dengan sejuta mimpi yang ada dalam angan…. Yah besok kita akan merayakan kata dan membumikan ilmu. Dan diakhir mimpi kulihat diriku dalam balutan Kaos hitam yang bertuliskan FSB warna merah dan….. aku  hampir telat bangun gara-gara mimpi tentang sebuah maha karya dari anak negeri dengan diawali oleh keinginan membuat suatu gelaran akbar dalam jangka singkat  dan itu terwujud….. 20 – 23 April 2017.


Luwuk,  10 Mei 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar